Sabtu, 20 Oktober 2012

Prince and Princess #Chapter 3





Title                 : Prince and Princess #Chapter 3
Author             : Kim Hyomin
Cast                 :  Kim Hyomin, Jo Kwangmin (Boyfriend), Jo Youngmin (Boyfriend)
Sub Cast          : Kim Ki Bum (SHINee), Kim Yoon Sung, Kim Ryewook (Super Junior), Park Yeon Mi, Im Yoon Ah, member SHINee
Genre             : Romance? Kocak? Prediksi sendiri *minta dibakar
Length            : Chaptered
Summary        : Kau takkan percaya apa yang terjadi pada masa lalu, sekarang, dan masa depan
Note                            : Pemeran milik tuhan :3, tapi!! Alur dan jalan cerita punya saya! Plagiator.. hush-hush #kayak ngusir ayam *plak
Thank’s buat covernya ya, Yeon Mi eonnie
Ah, satu lagi, saya masih belajar karna bikin FF tuh agak beda ama bikin novel :3 Jadi, mohon komentarnya yah J thank’s
Happy Reading
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hyomin membopong Kwangmin dengan susah payah. Karena, walau tergolong namja kurus, Kwangmin tetaplah berat. UKS yang jaraknya 100 meter serasa berjarak 1 km bagi Hyomin. Tetapi, karena ia merasa bersalah, alhasil, ditahannya berat tubuh Kwangmin sekuat tenaga.
Sesampainya di UKS, Hyomin segera mendudukkan Kwangmin ditempat tidur.
“Apa ada yang sakit? Apa kau mual? Ada yang berdarah tidak?”, tanya Hyomin bertubi-tubi.
Ketika Hyomin bertanya begitu, ada rasa senang menjalar tubuh Kwangmin. “Ani, gwenchana. Em... bisakah aku meminum segelas air putih? Aku haus sekali”
Dengan polosnya, Hyomin mengangguk lalu berlari kearah kantin sekolah yang––omong-omong––masih buka.
“Nih”
“Gomawo”, Kwangmin segera meneguk air didepannya.
Sesaat, hening. Hyomin bingung hendak berbicara apa sementara Kwangmin berpura-pura fokus meminum airnya. (ngomong aje juga bingung, bang Kwangmin =.=)
“Em.. Kwangmin-ssi”,panggil Hyomin.
“Tak perlu seformal itu, kita kan seumuran”, sahut Kwangmin pura-pura merengut.
Hyomin terkekeh. “Kwangmin-ah, bolehkah aku pulang? Pesawat yang ditumpangi Appa-ku akan mendarat di Incheon 45 menit lagi. Kemarin beliau memintaku menjemputnya. Boleh ya?”, pinta Hyomin dengan nada memelas.
Kwangmin berfikir. Lalu mengangguk. Wajah Hyomin langsung senang. “Kalau begitu, sampai jumpa besok, Annyeong”, Hyomin segera berlari menuju ruang ganti. Mengilang diantara pintu yang tertutup.
***
Hyomin menengok ke kanan dan ke kiri-nya. Setelah aman, dilangkahkan mantap kedua kakinya menuju kearah sebuah mobil sport merah yang terparkir tak jauh dari depan sekolahnya.
“Annyeong, oppa”, sapa Hyomin ketika ia membuka pintu sebelah kanan mobil itu. Ia segera masuk dan duduk untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan.
“Annyeong saeng”, sapa seorang namja balik.
“Oppa, apa merepotkan kalau kau mengantarku menjemput Appa? Memangnya oppa tidak sibuk?”, tanya Hyomin sambil memasang sabuk pengaman.
“Ya~ Kapan oppa sibuk jika dalam keadaan seperti ini?”, tanya namja itu balik.
Hyomin nyengir. “Percaya deh. Oiya, Wookie-oppa kemana? Sibuk?”
“Ne. Hyung sedang sibuk. Tadi dia sempat kemari namun manager-nya menelpon dan berkata bahwa ia harus segera pulang. Hyung menitip salam untuk Appa”, jelas namja bermata kucing dan berwarna pirang itu sambil melajukan mobilnya.
Hyomin mengangguk-angguk mengerti. “Tapi, oppa, apa tak masalah jika ketahuan para Shawol terutama ‘Lockets’? Entar muncul gosip tak mengenakkan lho. ‘Key SHINee berkencan dengan seorang yeoja SMA di bandara’. Hahaha”, ucap Hyomin bergaya ala reporter di tv.
“YA! Tak adakah tempat yang lebih menarik daripada bandara untuk berkencan? Dasar anak kecil!”, protes Key. Hyomin tertawa. “Kalau urusan itu, oppa sudah menyiapkan penyamaran. Kau gunakan saja, ada di jok belakang”, tunjuk Key.
Hyomin menoleh dan menemukan sebuah kardus berukuran sedang. Diambilnya dan dibuka kardus itu. WOW. Banyak banget aksesoris untuk... manggung?
“Tsk. Oppa, kita itu bukannya untuk berdandan, tapi untuk menyamar. Kenapa ada bulu-bulu dan topi aneh disini?”, protes Hyomin.
“Bukan aneh! Tapi unik!”, sahut Key cepat. “Sudahlah, cepat kau pilih yang sesuai denganmu. Kita sudah sampai bandara!”, perintah Key saat mobilnya masuk kawasan Bandara. Key memilih tempat parkir yang strategis untuk berjaga-jaga.
Akhirnya, Hyomin hanya memakai jaket cokelat polos untuk menutupi sweater sekolah yang ada logo sekolah didada kiri dan kacamata tanpa lensa berwarna merah. Sementara Key memakai jaket, topi untuk menutupi rambutnya yang pirang dan kacamata tanpa lensa berwarna hitam.
Mereka memasuki Incheon dengan was-was. Key melirik jam tangannya. Masih 15 menit lagi.
“Hyomin-ya, masih 15 menit lagi kita kekedai kopi yuk? Disini dingin”, ajak Key merapatkan jaketnya. Hyomin mengangguk, tau kalau oppa-nya sedang kedinginan. Mereka berjalan menuju kedai kopi.
“Kopi dan cokelat panas”, pesan Key ketika pelayan itu menghampirinya. Si pelayan mengangguk dan segera pergi. Key dan Hyomin pun duduk dibangku dekat jendela.
“Sudah lama rasanya kita tak berkumpul ya... Kira-kira hampir... 7-8 tahun”, kata Key membuka percakapan.
Hyomin mengangguk setuju. “Ini semua salah oppadeul! Wookie-oppa dan Key-oppa menolak untuk meneruskan perusahaan Appa di Amerika dan malah berkarir didunia Entertaiment di kampung halaman, Korea. Jadilah aku dan ‘si anak bungsu’ yang kena sasaran”, sungut Hyomin.
Key terkekeh. “Tapi kau menyerahkan tugas-penerus-perusahaan-Appa pada ‘si anak bungsu’ itu kan? Berarti impas”
“Impas apanya? Jabatan itu diberikan pada ’si anak bungsu sampai aku siap’. Dan kalau aku siap maka...”, Hyomin terhenti. Ia berfikir sejenak. “...aku akan kabur!”
“Eh?”
“Habis, se-protective-nya kalian berdua (Wookie dan Key) yang paling parah tetap Appa jika sudah begitu. Aku ogah memegang perusahaan yang entah apa saja kerjaannya”, jelas Hyomin.
Key kembali terkekeh. “Malangnya nasib saeng-ku yang satu ini. Kenapa kau tak berubah saja seperti dulu?”, tawanya sekarang berhenti.
“Jangan ingatkan aku pada hal itu”, Hyomin mengibaskan tangannya ke arah Key.
Key menurut. Mengerti bahwa itu masa lalu yang mengerikan bagi dongsaengnya. “Oh iya, Wookie-hyung akan kerumah untuk makan malam bersama”
“Jinjja? Waaa~ Aku sudah tak sabar untuk mencicipi masakan kalian berdua”, pekik Hyomin pelan sambil bertepuk tangan. Diresapnya cokelat panas yang baru saja tiba.
“Ne. Tapi, kali ini bukan kami yang memasak. Kau yang harus memasak untuk kami. Arraseo?”, tegas Key.
“Ta-tapi... Baiklah”, jawab Hyomin cepat setelah melihat tatapan Key yang memelas seperti seekor kucing yang kelaparan #PLAK
“Begitu dong, ayo, kita tunggu di ruang tunggu bandara saja”, ajak Key seraya berdiri. Ia menuju kasir. Mengeluarkan sejumlah uang dan berbalik.
Hyomin menyusul oppa-nya. Ia memeluk lengan Key dengan manja dan berjalan keruang tunggu #author dihajar Yeon Mi eonnie XD *abaikan -_-*. Mereka menunggu selama beberapa saat sampai seorang Ahjussi menghampiri mereka. Dialah, Kim Hye Sun, Appa dari Key dan Hyomin.
“Annyeong”, sapanya ramah membuat Key dan Hyomin menoleh.
Key dan Hyomin langsung berdiri. Key masih kaget sementara Hyomin segera memeluk Appa-nya.
“Annyeong, Appa. Oh, Aku rindu sekali”, ucap Hyomin senang.
Key hanya membungkuk. Tak tahu harus berbuat apa pada Appa-nya yang sudah lama tak bertemu.
“Wah, Kibum, kau sudah besar rupanya. Ini, oleh-oleh dari Eomma kalian. Dia berpesan untuk membagikan barang-barang padamu dan Ryewook”, Hye Sun memberikan satu koper besar kepada Key -_-.
“Gomawo”, sahut Key sambil tersenyum senang.
“Eomma mana, Appa? Tidak ikut kemari?”, tanya Hyomin menengok kekanan dan kirinya. Berharap menemukan Eomma dan ‘si anak bungsu’.
“Eomma tak ikut. Ada urusan di perusahaan. Mungkin akan menyusul kemari”, jawab Hye Sun. “Kalau si ‘anak bungsu’, nanti malam dia akan sampai kemari”
Key dan Hyomin mengangguk-angguk polos.
“Kajja, kita pulang. Disini terlalu dingin”, ucapan Hye Sun membuat Key dan Hyomin merasakan kembali hawa dingin yang mereka rasakan tadi.
“Ayo, Appa”, Hyomin segera menggandeng ayahnya sementara Key membawa-kan dua koper besar milik Hye Sun.
***
Mobil sport merah Key memasuki sebuah rumah paling besar di kompleks perumahan yang tergolong perumahan paling mewah di Seoul. Hyomin langsung menghambur kearah dapur. Tak mempedulikan para pelayannya membungkuk memberi hormat atas kepulangan Tuan besar, Nona muda dan Tuan muda mereka.
“Chef, aku ingin membuat makan malam. Anda tak perlu membantu”, ucap Hyomin semangat. Dikeluarkannya lima buku resep memasak.
“Nona, apakah anda yakin tidak saya bantu?”, tanya Chef Song ragu.
“Yakin”, jawab Hyomin berbinar. “Serahkan saja pada-ku”
Chef Song pun mengangguk dan segera meninggalkan putri majikannya seorang diri.
Sementara Key, Ia menyalakan televisi dan duduk santai di sofa ruang keluarga. Key beranjak ke arah dapur. Ingin minum sesuatu yang menyegarkan dan menghangatkan tubuhnya.
“Kang Ahjumma, tolong buatkan sesuatu yang menyegarkan dan menghangatkan. Tubuhku menggigil”, pesan Key seraya mengusapkan kedua telapak tangannya.
“Ne, tuan muda”
Key pun kembali duduk diruang keluarga. Tak memedulikan dongsaengnya yang sibuk menggeluti buku resep yang tebal itu.
***
Jarum jam menunjukkan pukul 7 malam. Sebuah mobil sport hitam berjalan memasuki rumah keluarga Kim. Keluarlah dua orang namja yang tergolong cute (??). Seorang namja yang lebih tua membawa sebuah koper.
“Annyeong!”, sapa namja yang lebih muda memasuki rumah itu.
“Selamat datang, tuan muda”, sapa Oh Ahjussi––kepala pelayan dirumah itu––. “Tuan muda Key menunggu anda diruang makan” lanjut sang pelayan seraya membungkuk.
“Jinjja? Ah, ne”, segera saja, namja berusia 15 tahun itu pun berlari keruang makan meninggalkan sang pelayan dan kakak laki-lakinya.
“Ya! Kim Yoon Sung! Bawa sendiri kopermu! Aish!”, umpat namja itu kesal melihat adiknya sudah ngacir duluan.
“Biar saya yang bawakan, tuan muda”, Oh Ahjussi mengambil alih koper ditangan namja tersebut.
“Gomawo”, namja itu segera menyusul sang adik yang sudah duduk manis di salah satu kursi ruang makan. “Oh, annyeong, Kibum. Mana Hyomin?”, tanya namja itu ikut duduk berhadapan dengan Key.
“Dia sedang didapur, hyung. Mencoba memasak. Sekali-kali dia harus membuatkan makanan untuk kita bertiga, juga untuk Appa. Iya kan?”, sahut Key sambil memandang adik bungsunya. “Oleh-oleh”, ucapnya singkat sambil menengadahkan dua telapak tangannya.
Yoon Sung ––yang notabene adalah anak terakhir–– hanya manyun. Dia menatap kakak laki-laki keduanya itu dengan pandangan Appa-kan-sudah-membawakannya-untuk-kalian-berdua.
Key cengengesan. Tau bahwa dongsaengnya sudah tak bisa diperas lagi(?). “Oiya, Wookie-hyung, bagaimana dengan jadwal SuJu tadi? Katanya sedang sibuk, kok disini? Bareng Yoon Sung lagi”, tanya Key nyerocos #plak.
“Sudah beres. Hanya satu reality show yang harus dibintangi tadi. Dan pada saat perjalanan kemari, aku melihat-nya berdiri disebelah taksi yang mogok. Hahaha, coba saja kau lihat tampangnya tadi. Lusuh(?), lemas, tak berdaya. Hahahaha”, tawa Ryewook.
“Jinjja? Kenapa kau tak menelponku? Aku kan bisa menjemputmu, anak bungsu”, ujar Key menyipitkan mata kucingnya.
“Andai saja aku bisa. Lha, wong taksi itu mengalami kebocoran ban yang sangat tak diharapkan. Ponselku juga mati. Mana bisa aku menelponmu, hyung? Dan berhenti memanggilku anak bungsu! Aku punya nama!”, sungut Yoon Sung cemberut.
Key dan Ryewook tertawa terpingkal-pingkal. Tawa mereka langsung berhenti ketika pintu ruang makan terbuka. Mucullah ayah mereka yang disambut bungkukan para pelayan yang ada diruang makan.
“Oh, Ryewook. Dari tadi Appa tak melihatmu. Apa kau baru saja datang?”, tanya Hye Sun ––appa mereka–– setelah ia duduk dikursi.
“Ne, Appa. Lama tak bertemu”, ucap Ryewook santun.
Hye Sun tersenyum dan mengangguk. “Mana Hyomin?”, tanya Hye Sun lagi, tak melihat batang hidung anak gadisnya itu.
Sebelum satupun menjawab, tiba-tiba... BUM! Terdengar seperti suara ledakan dari arah dapur. Ryewook, Key dan Yoon Sung berpandangan kaget. Apa lagi Hye Sun.
“Hyomin-ah, gwenchana?”, tanya Hye Sun tetap duduk dimeja makan.
Sesaat hening. “Nan gwenchana, Appa”, sahut Hyomin yang terdengar syok.
Yoon Sung yang tak percaya dengan keadaan noona-nya pun berjalan pelan kearah dapur. Dibukanya pintu dapur dengan perlahan. Seketika tawanya meledak melihat dapur yang porak-poranda. Apalagi setelah melihat Hyomin. Tubuh noonanya itu seperti tersiram tepung.
“HAHAHAHA”, tawa Yoon Sung langsung pecah seketika.
“BERISIK! Sana keluar! Noona sedang sibuk!”, seru Hyomin merengut. Chef Song pun terlihat menahan tawanya.
“Ada apa?”, tiba-tiba Key dan Ryewook masuk kedapur. Sama seperti Yoon Sung, tawa mereka berdua langsung pecah.
“Apa yang kau lakukan sampai begini sih, saengi-ya?”, tanya Key disela-sela tawanya.
“Aku salah mencampur bumbu”, jawab Hyomin kalem. “Benda putih halus yang kukira tepung bumbu ternyata... tepung tapioka -_-” *ini mah kasus Rara #plak.
Tawa Yoon Sung dan Key tambah ngakak. Ryewook hanya bisa menggeleng-geleng. Ia menghampiri dongsaeng-nya itu. Mengecek apa benar ia salah mencampur bumbu. Dan ternyata benar. -_-v #author dilemparin sendal ama Rara.
“Ya ampunn. Neo benar-benar.. Eh? Apa ini?”, mata Ryewook menangkap sepiring ayam lada hitam yang tampaknya terselamatkan. “Wah, kelihatannya enak nih”
“Mana?”, Key dan Yoon Sung menghentikan tawa mereka dan berjalan menuju kakak tertua mereka. “Wah... Sepertinya iya”
“Tapi aku tak bisa menjamin lho. Sepertinya itu salah mencampurkan bumbu juga!”, sungut Hyomin seraya membersihkan mukanya dari tepung yang melekat.
“Halah! Alasan! Mana ada makanan tak enak jika tampilannya bilang enak? Sudah sana. Kau bersihkan dirimu dulu dan ikut makan bersama. Tenang saja, kami akan makan setelah kau berada diruang makan. Udah sana”, usir Key kejam.
Hyomin menurut. Sementara Ryewook pun membawa ayam lada hitam itu keruang makan. Hye Sun terkaget melihat putrinya seperti mandi tepung, tetapi diam saja setelah melihat putra sulungnya membawa makanan yang kelihatan menggiurkan itu. #perasaan semua bisa ditutup mulutnya menggunakan makanan ya? O.O *Buagh!
Sepuluh menit kemudian, Hyomin sudah berada di meja makan. Ikut bergabung dengan keluarganya.
“Kelihatannya enak”, Key dan Ryewook langsung menyumpit makanan didepan mereka. Hyomin hanya terdiam. Masih ragu dengan makanan hasil masakannya, begitupula dengan Yoon Sung. Hye Sun juga terdiam.
Tiba-tiba...
“HUAA!! Pedas sekali!!”, pekik Ryewook dan segera meminum air putih disebelahnya. Tak berlangsung lama, ketahanan Key pada pedas pun ikut runtuh. Cepat-cepat ia meminum air putih juga.
“YA! Hyominnie, berapa cabe(?) yang kau masukkan untuk membuat ayam ini?”, tanya Ryewook setelah dapat menguasai pedas dimulutnya. Pipinya memerah menahan rasa pedas yang dirasakannya.
Hyomin nyengir. “Dua... puluh, hehe”
Jawaban itu sontak membuat Hye Sun, Ryewook, Key dan Yoon Sung melotot. “MWO???”
“Kan sudah kubilang, aku tak bisa memasak. Siapa yang tadi memaksa coba?”, bela Hyomin.
“KAU ITU DONGSAENG KAMI, KENAPA HANYA KAU YANG TAK BISA MEMASAK???”, tanya Ryewook dan Key berbarengan.
“Ya mana kutahu... Mungkin ini keturunan Appa. Hehehe”, jawab Hyomin asal.
“Aigo~ Kau sama saja dengan Kyuhyun”, gerutu Ryewook. Hye Sun tertawa melihat anak-anaknya bercengkrama. Sudah lama sepertinya ia tak merasakan berkumpulnya empat anaknya itu.
Yoon Sung terdiam. Dia mencomot sepotong ayam dan segera digigitnya. Dirasakannya sebentar masakan noona-nya. “Mashita”, puji Yoon Sung walau pipinya ikut memerah saking pedasnya ayam itu.
 “Ish, apanya yang Mashita? Pedes banget ini mah”, umpat Key kesal. Ia terdiam, Ryewook pun terdiam. Mereka berdua seperti menemukan sebuah ide yang tentu saja evil.
“A-a! Hyungdeul mengeluarkan smile evil-nya noona”, lapor Yoon Sung.
“Jangan bilang Oppadeul akan membawa ayam-ayam ini ke dorm masing-masing dan menyuruh para member lain untuk mencobanya, berharap mengerjai mereka?”, tebak Hyomin. TING-TONG! Benar! Ryewook dan Key hanya cengengesan. “Terserah oppa deh. Pokoknya, aku jamin besok akan terjadi pertumpahan darah”geram Hyomin.
Semua pun tertawa. Malam itu malam teramai dikediaman Kim *emang sebelumnya kagak ramai ya? -_-
***
Bagaimana? Aneh? Memang! HAHAHA *tawa bangga #plak
Yah, sedikit banyak FF ini berjalan menuju kehancuran yang melanda(?) author *author mabuk
Oiya, RCL ya, butuh Like and Comment
Dan.. mianhae juga kalo tag-nya asal-asalan, habis, butuh saran yang banyak *PLAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar