Title : Prince and Princess #Chapter
3
Author : Kim Hyomin
Cast
:
Kim Hyomin, Jo Kwangmin (Boyfriend), Jo Youngmin (Boyfriend)
Sub
Cast :
Kim Ki Bum (SHINee), Kim Yoon Sung, Kim Ryewook (Super Junior), Park Yeon Mi,
Im Yoon Ah, member SHINee
Genre
: Romance? Kocak? Prediksi sendiri
*minta dibakar
Length
: Chaptered
Summary
: Kau takkan percaya apa yang
terjadi pada masa lalu, sekarang, dan masa depan
Note
: Pemeran milik tuhan :3,
tapi!! Alur dan jalan cerita punya saya! Plagiator.. hush-hush #kayak ngusir
ayam *plak
Thank’s buat covernya ya, Yeon Mi eonnie
Ah, satu lagi, saya masih belajar karna bikin FF
tuh agak beda ama bikin novel :3 Jadi, mohon komentarnya yah J
thank’s
Happy Reading
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hyomin membopong Kwangmin dengan susah payah.
Karena, walau tergolong namja kurus, Kwangmin tetaplah berat. UKS yang jaraknya
100 meter serasa berjarak 1 km bagi Hyomin. Tetapi, karena ia merasa bersalah,
alhasil, ditahannya berat tubuh Kwangmin sekuat tenaga.
Sesampainya di UKS, Hyomin segera mendudukkan
Kwangmin ditempat tidur.
“Apa ada yang sakit? Apa kau mual? Ada yang
berdarah tidak?”, tanya Hyomin bertubi-tubi.
Ketika Hyomin bertanya begitu, ada rasa senang
menjalar tubuh Kwangmin. “Ani, gwenchana. Em... bisakah aku meminum segelas air
putih? Aku haus sekali”
Dengan polosnya, Hyomin mengangguk lalu berlari kearah
kantin sekolah yang––omong-omong––masih buka.
“Nih”
“Gomawo”, Kwangmin segera meneguk air didepannya.
Sesaat, hening. Hyomin bingung hendak berbicara
apa sementara Kwangmin berpura-pura fokus meminum airnya. (ngomong aje juga
bingung, bang Kwangmin =.=)
“Em.. Kwangmin-ssi”,panggil Hyomin.
“Tak perlu seformal itu, kita kan seumuran”,
sahut Kwangmin pura-pura merengut.
Hyomin terkekeh. “Kwangmin-ah, bolehkah
aku pulang? Pesawat yang ditumpangi Appa-ku akan mendarat di Incheon 45 menit
lagi. Kemarin beliau memintaku menjemputnya. Boleh ya?”, pinta Hyomin dengan
nada memelas.
Kwangmin berfikir. Lalu mengangguk. Wajah Hyomin
langsung senang. “Kalau begitu, sampai jumpa besok, Annyeong”, Hyomin segera
berlari menuju ruang ganti. Mengilang diantara pintu yang tertutup.
***
Hyomin menengok ke kanan dan ke kiri-nya. Setelah aman, dilangkahkan mantap kedua kakinya menuju kearah sebuah mobil sport merah yang terparkir tak jauh dari depan sekolahnya.
Hyomin menengok ke kanan dan ke kiri-nya. Setelah aman, dilangkahkan mantap kedua kakinya menuju kearah sebuah mobil sport merah yang terparkir tak jauh dari depan sekolahnya.
“Annyeong, oppa”, sapa Hyomin ketika ia membuka
pintu sebelah kanan mobil itu. Ia segera masuk dan duduk untuk mencegah hal-hal
yang tak diinginkan.
“Annyeong saeng”, sapa seorang namja balik.
“Oppa, apa merepotkan kalau kau mengantarku
menjemput Appa? Memangnya oppa tidak sibuk?”, tanya Hyomin sambil memasang
sabuk pengaman.
“Ya~ Kapan oppa sibuk jika dalam keadaan seperti
ini?”, tanya namja itu balik.
Hyomin nyengir. “Percaya deh. Oiya, Wookie-oppa kemana?
Sibuk?”
“Ne. Hyung sedang sibuk. Tadi dia sempat kemari
namun manager-nya menelpon dan berkata bahwa ia harus segera pulang. Hyung
menitip salam untuk Appa”, jelas namja bermata kucing dan berwarna pirang itu
sambil melajukan mobilnya.
Hyomin mengangguk-angguk mengerti. “Tapi, oppa,
apa tak masalah jika ketahuan para Shawol terutama ‘Lockets’? Entar muncul
gosip tak mengenakkan lho. ‘Key SHINee berkencan dengan seorang yeoja SMA di
bandara’. Hahaha”, ucap Hyomin bergaya ala reporter di tv.
“YA! Tak adakah tempat yang lebih menarik
daripada bandara untuk berkencan? Dasar anak kecil!”, protes Key. Hyomin
tertawa. “Kalau urusan itu, oppa sudah menyiapkan penyamaran. Kau gunakan saja,
ada di jok belakang”, tunjuk Key.
Hyomin menoleh dan menemukan sebuah kardus
berukuran sedang. Diambilnya dan dibuka kardus itu. WOW. Banyak banget
aksesoris untuk... manggung?
“Tsk. Oppa, kita itu bukannya untuk berdandan,
tapi untuk menyamar. Kenapa ada bulu-bulu dan topi aneh disini?”, protes
Hyomin.
“Bukan aneh! Tapi unik!”, sahut Key cepat.
“Sudahlah, cepat kau pilih yang sesuai denganmu. Kita sudah sampai bandara!”,
perintah Key saat mobilnya masuk kawasan Bandara. Key memilih tempat parkir
yang strategis untuk berjaga-jaga.
Akhirnya, Hyomin hanya memakai jaket cokelat
polos untuk menutupi sweater sekolah yang ada logo sekolah didada kiri dan
kacamata tanpa lensa berwarna merah. Sementara Key memakai jaket, topi untuk
menutupi rambutnya yang pirang dan kacamata tanpa lensa berwarna hitam.
Mereka memasuki Incheon dengan was-was. Key
melirik jam tangannya. Masih 15 menit lagi.
“Hyomin-ya, masih 15 menit lagi kita
kekedai kopi yuk? Disini dingin”, ajak Key merapatkan jaketnya. Hyomin
mengangguk, tau kalau oppa-nya sedang kedinginan. Mereka berjalan menuju kedai
kopi.
“Kopi dan cokelat panas”, pesan Key ketika
pelayan itu menghampirinya. Si pelayan mengangguk dan segera pergi. Key dan
Hyomin pun duduk dibangku dekat jendela.
“Sudah lama rasanya kita tak berkumpul ya...
Kira-kira hampir... 7-8 tahun”, kata Key membuka percakapan.
Hyomin mengangguk setuju. “Ini semua salah
oppadeul! Wookie-oppa dan Key-oppa menolak untuk meneruskan perusahaan Appa di
Amerika dan malah berkarir didunia Entertaiment di kampung halaman, Korea.
Jadilah aku dan ‘si anak bungsu’ yang kena sasaran”, sungut Hyomin.
Key terkekeh. “Tapi kau menyerahkan
tugas-penerus-perusahaan-Appa pada ‘si anak bungsu’ itu kan? Berarti impas”
“Impas apanya? Jabatan itu diberikan pada ’si
anak bungsu sampai aku siap’. Dan kalau aku siap maka...”, Hyomin terhenti. Ia
berfikir sejenak. “...aku akan kabur!”
“Eh?”
“Habis, se-protective-nya kalian berdua
(Wookie dan Key) yang paling parah tetap Appa jika sudah begitu. Aku ogah
memegang perusahaan yang entah apa saja kerjaannya”, jelas Hyomin.
Key kembali terkekeh. “Malangnya nasib saeng-ku
yang satu ini. Kenapa kau tak berubah saja seperti dulu?”, tawanya sekarang
berhenti.
“Jangan ingatkan aku pada hal itu”, Hyomin
mengibaskan tangannya ke arah Key.
Key menurut. Mengerti bahwa itu masa lalu yang
mengerikan bagi dongsaengnya. “Oh iya, Wookie-hyung akan kerumah untuk makan
malam bersama”
“Jinjja? Waaa~ Aku sudah tak sabar untuk
mencicipi masakan kalian berdua”, pekik Hyomin pelan sambil bertepuk tangan.
Diresapnya cokelat panas yang baru saja tiba.
“Ne. Tapi, kali ini bukan kami yang memasak. Kau
yang harus memasak untuk kami. Arraseo?”, tegas Key.
“Ta-tapi... Baiklah”, jawab Hyomin cepat setelah
melihat tatapan Key yang memelas seperti seekor kucing yang kelaparan #PLAK
“Begitu dong, ayo, kita tunggu di ruang tunggu
bandara saja”, ajak Key seraya berdiri. Ia menuju kasir. Mengeluarkan sejumlah
uang dan berbalik.
Hyomin menyusul oppa-nya. Ia memeluk lengan Key
dengan manja dan berjalan keruang tunggu #author dihajar Yeon Mi eonnie XD
*abaikan -_-*. Mereka menunggu selama beberapa saat sampai seorang Ahjussi
menghampiri mereka. Dialah, Kim Hye Sun, Appa dari Key dan Hyomin.
“Annyeong”, sapanya ramah membuat Key dan Hyomin
menoleh.
Key dan Hyomin langsung berdiri. Key masih kaget
sementara Hyomin segera memeluk Appa-nya.
“Annyeong, Appa. Oh, Aku rindu sekali”, ucap
Hyomin senang.
Key hanya membungkuk. Tak tahu harus berbuat apa
pada Appa-nya yang sudah lama tak bertemu.
“Wah, Kibum, kau sudah besar rupanya. Ini,
oleh-oleh dari Eomma kalian. Dia berpesan untuk membagikan barang-barang padamu
dan Ryewook”, Hye Sun memberikan satu koper besar kepada Key -_-.
“Gomawo”, sahut Key sambil tersenyum senang.
“Eomma mana, Appa? Tidak ikut kemari?”, tanya
Hyomin menengok kekanan dan kirinya. Berharap menemukan Eomma dan ‘si anak
bungsu’.
“Eomma tak ikut. Ada urusan di perusahaan.
Mungkin akan menyusul kemari”, jawab Hye Sun. “Kalau si ‘anak bungsu’, nanti
malam dia akan sampai kemari”
Key dan Hyomin mengangguk-angguk polos.
“Kajja, kita pulang. Disini terlalu dingin”,
ucapan Hye Sun membuat Key dan Hyomin merasakan kembali hawa dingin yang mereka
rasakan tadi.
“Ayo, Appa”, Hyomin segera menggandeng ayahnya
sementara Key membawa-kan dua koper besar milik Hye Sun.
***
Mobil sport merah Key memasuki sebuah rumah paling besar di kompleks perumahan yang tergolong perumahan paling mewah di Seoul. Hyomin langsung menghambur kearah dapur. Tak mempedulikan para pelayannya membungkuk memberi hormat atas kepulangan Tuan besar, Nona muda dan Tuan muda mereka.
Mobil sport merah Key memasuki sebuah rumah paling besar di kompleks perumahan yang tergolong perumahan paling mewah di Seoul. Hyomin langsung menghambur kearah dapur. Tak mempedulikan para pelayannya membungkuk memberi hormat atas kepulangan Tuan besar, Nona muda dan Tuan muda mereka.
“Chef, aku ingin membuat makan malam. Anda tak
perlu membantu”, ucap Hyomin semangat. Dikeluarkannya lima buku resep memasak.
“Nona, apakah anda yakin tidak saya bantu?”,
tanya Chef Song ragu.
“Yakin”, jawab Hyomin berbinar. “Serahkan saja
pada-ku”
Chef Song pun mengangguk dan segera meninggalkan putri
majikannya seorang diri.
Sementara Key, Ia menyalakan televisi dan duduk
santai di sofa ruang keluarga. Key beranjak ke arah dapur. Ingin minum sesuatu
yang menyegarkan dan menghangatkan tubuhnya.
“Kang Ahjumma, tolong buatkan sesuatu yang
menyegarkan dan menghangatkan. Tubuhku menggigil”, pesan Key seraya mengusapkan
kedua telapak tangannya.
“Ne, tuan muda”
Key pun kembali duduk diruang keluarga. Tak
memedulikan dongsaengnya yang sibuk menggeluti buku resep yang tebal itu.
***
Jarum jam menunjukkan pukul 7 malam. Sebuah mobil sport hitam berjalan memasuki rumah keluarga Kim. Keluarlah dua orang namja yang tergolong cute (??). Seorang namja yang lebih tua membawa sebuah koper.
Jarum jam menunjukkan pukul 7 malam. Sebuah mobil sport hitam berjalan memasuki rumah keluarga Kim. Keluarlah dua orang namja yang tergolong cute (??). Seorang namja yang lebih tua membawa sebuah koper.
“Annyeong!”, sapa namja yang lebih muda memasuki
rumah itu.
“Selamat datang, tuan muda”, sapa Oh Ahjussi––kepala
pelayan dirumah itu––. “Tuan muda Key menunggu anda diruang makan” lanjut sang
pelayan seraya membungkuk.
“Jinjja? Ah, ne”, segera saja, namja berusia 15
tahun itu pun berlari keruang makan meninggalkan sang pelayan dan kakak
laki-lakinya.
“Ya! Kim Yoon Sung! Bawa sendiri kopermu! Aish!”,
umpat namja itu kesal melihat adiknya sudah ngacir duluan.
“Biar saya yang bawakan, tuan muda”, Oh Ahjussi
mengambil alih koper ditangan namja tersebut.
“Gomawo”, namja itu segera menyusul sang adik
yang sudah duduk manis di salah satu kursi ruang makan. “Oh, annyeong, Kibum.
Mana Hyomin?”, tanya namja itu ikut duduk berhadapan dengan Key.
“Dia sedang didapur, hyung. Mencoba memasak.
Sekali-kali dia harus membuatkan makanan untuk kita bertiga, juga untuk Appa.
Iya kan?”, sahut Key sambil memandang adik bungsunya. “Oleh-oleh”, ucapnya
singkat sambil menengadahkan dua telapak tangannya.
Yoon Sung ––yang notabene adalah anak terakhir––
hanya manyun. Dia menatap kakak laki-laki keduanya itu dengan pandangan
Appa-kan-sudah-membawakannya-untuk-kalian-berdua.
Key cengengesan. Tau bahwa dongsaengnya sudah tak
bisa diperas lagi(?). “Oiya, Wookie-hyung, bagaimana dengan jadwal SuJu tadi?
Katanya sedang sibuk, kok disini? Bareng Yoon Sung lagi”, tanya Key nyerocos
#plak.
“Sudah beres. Hanya satu reality show yang harus dibintangi
tadi. Dan pada saat perjalanan kemari, aku melihat-nya berdiri disebelah taksi
yang mogok. Hahaha, coba saja kau lihat tampangnya tadi. Lusuh(?), lemas, tak
berdaya. Hahahaha”, tawa Ryewook.
“Jinjja? Kenapa kau tak menelponku? Aku kan bisa
menjemputmu, anak bungsu”, ujar Key menyipitkan mata kucingnya.
“Andai saja aku bisa. Lha, wong taksi itu mengalami
kebocoran ban yang sangat tak diharapkan. Ponselku juga mati. Mana bisa aku
menelponmu, hyung? Dan berhenti memanggilku anak bungsu! Aku punya nama!”, sungut
Yoon Sung cemberut.
Key dan Ryewook tertawa terpingkal-pingkal. Tawa
mereka langsung berhenti ketika pintu ruang makan terbuka. Mucullah ayah mereka
yang disambut bungkukan para pelayan yang ada diruang makan.
“Oh, Ryewook. Dari tadi Appa tak melihatmu. Apa
kau baru saja datang?”, tanya Hye Sun ––appa mereka–– setelah ia duduk dikursi.
“Ne, Appa. Lama tak bertemu”, ucap Ryewook
santun.
Hye Sun tersenyum dan mengangguk. “Mana Hyomin?”,
tanya Hye Sun lagi, tak melihat batang hidung anak gadisnya itu.
Sebelum satupun menjawab, tiba-tiba... BUM!
Terdengar seperti suara ledakan dari arah dapur. Ryewook, Key dan Yoon Sung
berpandangan kaget. Apa lagi Hye Sun.
“Hyomin-ah, gwenchana?”, tanya Hye Sun
tetap duduk dimeja makan.
Sesaat hening. “Nan gwenchana, Appa”, sahut
Hyomin yang terdengar syok.
Yoon Sung yang tak percaya dengan keadaan
noona-nya pun berjalan pelan kearah dapur. Dibukanya pintu dapur dengan
perlahan. Seketika tawanya meledak melihat dapur yang porak-poranda. Apalagi setelah
melihat Hyomin. Tubuh noonanya itu seperti tersiram tepung.
“HAHAHAHA”, tawa Yoon Sung langsung pecah
seketika.
“BERISIK! Sana keluar! Noona sedang sibuk!”, seru
Hyomin merengut. Chef Song pun terlihat menahan tawanya.
“Ada apa?”, tiba-tiba Key dan Ryewook masuk
kedapur. Sama seperti Yoon Sung, tawa mereka berdua langsung pecah.
“Apa yang kau lakukan sampai begini sih, saengi-ya?”,
tanya Key disela-sela tawanya.
“Aku salah mencampur bumbu”, jawab Hyomin kalem.
“Benda putih halus yang kukira tepung bumbu ternyata... tepung tapioka -_-”
*ini mah kasus Rara #plak.
Tawa Yoon Sung dan Key tambah ngakak. Ryewook
hanya bisa menggeleng-geleng. Ia menghampiri dongsaeng-nya itu. Mengecek apa
benar ia salah mencampur bumbu. Dan ternyata benar. -_-v #author dilemparin
sendal ama Rara.
“Ya ampunn. Neo benar-benar.. Eh? Apa ini?”, mata
Ryewook menangkap sepiring ayam lada hitam yang tampaknya terselamatkan. “Wah,
kelihatannya enak nih”
“Mana?”, Key dan Yoon Sung menghentikan tawa
mereka dan berjalan menuju kakak tertua mereka. “Wah... Sepertinya iya”
“Tapi aku tak bisa menjamin lho. Sepertinya itu
salah mencampurkan bumbu juga!”, sungut Hyomin seraya membersihkan mukanya dari
tepung yang melekat.
“Halah! Alasan! Mana ada makanan tak enak jika
tampilannya bilang enak? Sudah sana. Kau bersihkan dirimu dulu dan ikut makan
bersama. Tenang saja, kami akan makan setelah kau berada diruang makan. Udah
sana”, usir Key kejam.
Hyomin menurut. Sementara Ryewook pun membawa
ayam lada hitam itu keruang makan. Hye Sun terkaget melihat putrinya seperti mandi
tepung, tetapi diam saja setelah melihat putra sulungnya membawa makanan yang
kelihatan menggiurkan itu. #perasaan semua bisa ditutup mulutnya menggunakan
makanan ya? O.O *Buagh!
Sepuluh menit kemudian, Hyomin sudah berada di
meja makan. Ikut bergabung dengan keluarganya.
“Kelihatannya enak”, Key dan Ryewook langsung
menyumpit makanan didepan mereka. Hyomin hanya terdiam. Masih ragu dengan
makanan hasil masakannya, begitupula dengan Yoon Sung. Hye Sun juga terdiam.
Tiba-tiba...
“HUAA!! Pedas sekali!!”, pekik Ryewook dan segera
meminum air putih disebelahnya. Tak berlangsung lama, ketahanan Key pada pedas
pun ikut runtuh. Cepat-cepat ia meminum air putih juga.
“YA! Hyominnie, berapa cabe(?) yang kau masukkan
untuk membuat ayam ini?”, tanya Ryewook setelah dapat menguasai pedas
dimulutnya. Pipinya memerah menahan rasa pedas yang dirasakannya.
Hyomin nyengir. “Dua... puluh, hehe”
Jawaban itu sontak membuat Hye Sun, Ryewook, Key
dan Yoon Sung melotot. “MWO???”
“Kan sudah kubilang, aku tak bisa memasak. Siapa
yang tadi memaksa coba?”, bela Hyomin.
“KAU ITU DONGSAENG KAMI, KENAPA HANYA KAU YANG
TAK BISA MEMASAK???”, tanya Ryewook dan Key berbarengan.
“Ya mana kutahu... Mungkin ini keturunan Appa.
Hehehe”, jawab Hyomin asal.
“Aigo~ Kau sama saja dengan Kyuhyun”, gerutu Ryewook.
Hye Sun tertawa melihat anak-anaknya bercengkrama. Sudah lama sepertinya ia tak
merasakan berkumpulnya empat anaknya itu.
Yoon Sung terdiam. Dia mencomot sepotong ayam dan
segera digigitnya. Dirasakannya sebentar masakan noona-nya. “Mashita”, puji
Yoon Sung walau pipinya ikut memerah saking pedasnya ayam itu.
“Ish,
apanya yang Mashita? Pedes banget ini mah”, umpat Key kesal. Ia terdiam, Ryewook
pun terdiam. Mereka berdua seperti menemukan sebuah ide yang tentu saja evil.
“A-a! Hyungdeul mengeluarkan smile evil-nya
noona”, lapor Yoon Sung.
“Jangan bilang Oppadeul akan membawa ayam-ayam
ini ke dorm masing-masing dan menyuruh para member lain untuk mencobanya,
berharap mengerjai mereka?”, tebak Hyomin. TING-TONG! Benar! Ryewook dan Key hanya
cengengesan. “Terserah oppa deh. Pokoknya, aku jamin besok akan terjadi
pertumpahan darah”geram Hyomin.
Semua pun tertawa. Malam itu malam teramai
dikediaman Kim *emang sebelumnya kagak ramai ya? -_-
***
Bagaimana? Aneh? Memang! HAHAHA *tawa bangga #plak
Bagaimana? Aneh? Memang! HAHAHA *tawa bangga #plak
Yah, sedikit banyak FF ini berjalan menuju
kehancuran yang melanda(?) author *author mabuk
Oiya, RCL ya, butuh Like and Comment
Dan.. mianhae juga kalo tag-nya asal-asalan,
habis, butuh saran yang banyak *PLAK